BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Translasi mata uang
asing berbeda dengan konversi mata uang asing. Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound
Inggris disajikan ulang kedalam nilai ekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran
fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila
dilakukan konversi.
Terkadang sulit
dibedakan antara konversi dan translasi oleh karena itu, penting untuk
mengetahui teorinya agar dapat membedakan dalam praktinya. Perusahaan di
Indonesia tidak hanya melakukan transaksi dengan perusahaan lokal akan tetapi
juga melakukan transaksi internasional bahkan ada yang membuka cabang di negara
lain ataupun melakukan merger dengan perusahaan luar negeri. Sehingga
diperlukan pengetahuan mendalam mengenai translasi dan konversi. Karna masalah
diatas sehingga penulis memilih tertarik untuk menyajikan materi terkait dengan
translasi mata uang asing.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan translasi mata uang asing ?
2.
Bagaimana metodologi dalam translasi mata uang asing ?
3.
Bagaimana perkembangan akuntansi translasi mata uang asing ?
4.
Bagaimana praktik translasi di negara-negara lain ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Translasi Mata Uang Asing
Translasi mata uang
asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata
uang lainnya.Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan
gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional
perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang
asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
Tiga alasan tambahan
dilakukannya translasi mata uang asing, yaitu:
1.
mencatat transaksi mata uang asing;2. memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang; dan
3. berkomunikasi dengan peminat saham asing.
Transaksi mata uang
bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau pasar swap.
- Kurs pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, termasuk juga perbedaan tingkat inflasi antar negara, perbedaan pada saham nasional, dan ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya. Kurs ini bersifat langsung atau tidak langsung.
- Kurs pada pasar forward adalah persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot, atau sebagai tingkat palsu pasar forward.
- Transaksi kurs swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang.
- Efek Laporan Keuangan Terhadap Kurs Alternatif Translasi Mata Uang Asing
Tiga kurs translasi
yang digunakan untuk mentranslasikan neraca mata uang asing terhadap mata uang
domestik yaitu:
- Kurs saat ini; kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan.
- Kurs historis; translasi mata uang yang berlaku saat asset dengan mata uang pertama kali didapatkan atau saat kewajiban dengan mata uang asing pertama kali muncul.
- Kurs rata-rata; nilai rata-rata biasa atau dengan pembobotan baik pada kurs historis atau saat ini.
Pendekatan akuntansi
untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
- Penangguhan
- Penangguhan dan Amortisasi
- Penangguhan Sebagian
- Tidak Ada Penangguhan
B. Metodologi Translasi Mata Uang Asing
1. Metode Nilai Tukar Tunggal
Kurs terkini atau kurs
penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat
pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata
tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan
metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan
keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada
saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan
dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Metode kurs kini
mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi risiko
nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri
setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap
didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata
uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan dan kerugian
translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan
dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.
2. Metode Nilai Tukar Ganda
a. Metode Current-Noncurrent
Metode ini merupakan
metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini,
semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan
dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca
disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti
biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset
diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang
perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam
mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat
devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja
ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode
ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai
tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang
berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi
kedalam tahun penyelesaian.
b.Metode Moneter-Nonmoneter
Asset moneter (terutama
kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban
moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs
saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan
investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan
laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk
pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter.
Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos
dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan
hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena
menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya
penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
c. Metode Kurs Sementara
Translasi mata uang
merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang niai tertentu. Metode
ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran
ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas
diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang
dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan
pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga
uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun
demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan
keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih
rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.
Berdasarkan metode
temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs
yang terjadi pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki
keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode moneter nonmoneter karena
sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini memiliki keterbatasan dengan
metode translasi lain.Akuntansi biaya historis juga mengabaikan inflasi.
C. Perkembangan Akuntansi Translasi pada
Translasi Mata Uang Asing
Praktik akuntansi
translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas
kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter
internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status
akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai
inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di
negara-negara lain.
1. Sebelum 1965
Accounting Research
Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong
penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung
dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling
hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih
ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian
translasi pada masa mendatang.
2. 1965 – 1975
Bab 12 ARB No 43
memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan
tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang
jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang
disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya
perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang
asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board
Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.
3. 1975 – 1981
FASB mengeluarkan FAS
No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik
sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan
penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian
translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode
perubahan kurs nilai tukar.
Reaksi perusahaan
terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang
digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan
dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi
yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap
laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan
yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba
perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan
multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan
terlihat ebih fluktuatif bila
dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan
harga saham perusahaan.
4. 1981 – hingga kini
FASB mempertimbangkan
kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft
sementara, menerbitkan Statement Of Financial AccountingStandars No.52 pada
tahun 1981.
D. Praktik-Praktik Translasi Mata Uang Asing
Diberbagai Negara
Translasi mata uang
asing telah diterapkan diberbagai negara seperti :
Inggris : laporan keuangan harus disesuaikan
terlebih dahulu pada level harga saat itu lalu ditranslasikan menggunakan kurs
saat ini.
Jepang : kurs saat ini pada semua kondisi dengan
penyesuaian translasi mata uang asing yang diperlihatkan pada neraca dalam
ekuitas pemegang saham.
Amerika serikat : metode kurs sementara.
BAB III
PENTUTUP
Kesimpulan
Translasi mata uang
asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata
uang lainnya. Metodologi dalam translasi mata uang asing yaitu :
1. Metode Nilai Tukar Tunggal
2. Metode Nilai Tukar Ganda
(Metode
Current-Noncurrent ,Metode
Moneter-Nonmoneter, Metode
Kurs Sementara)
Translasi mata uang
asing terus berkembang di berbagai negara serta telah banyak praktik-praktik
translasi mata uang asing di berbagai belahan dunia seperti di Indonesia,
Amerika, Inggris dan lainnya yang secara teori merupakan transaksi yang
kompleks
Referensi :
http://sukman21.blogspot.com/2015/05/makalah-translasi-mata-uang.html
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek.
International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
http://karimahpatryani.blogspot.com/2014/05/perkembangan-akuntansi-translasi-pada.html
http://nurulakuntansiinternasional.blogspot.com/2012/06/translasi-mata-uang-asing.html
https://vanezintania.wordpress.com/2013/04/22/bab-6-translasi-mata-uang-asing-part3/
https://irsan90.wordpress.com/2012/03/26/translasi-mata-uang-asing/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar